• All Post
  • article
  • Dapur Imajinasi Mama
  • Selected Works
  • Ulupampang Menanam
  • Uncategorized
    •   Back
    • Video 360
    • Tulisan Observasi 360
  • All Post
  • article
  • Dapur Imajinasi Mama
  • Selected Works
  • Ulupampang Menanam
  • Uncategorized
    •   Back
    • Video 360
    • Tulisan Observasi 360
  • All Post
  • article
  • Dapur Imajinasi Mama
  • Selected Works
  • Ulupampang Menanam
  • Uncategorized
    •   Back
    • Video 360
    • Tulisan Observasi 360
  • All Post
  • article
  • Dapur Imajinasi Mama
  • Selected Works
  • Ulupampang Menanam
  • Uncategorized
    •   Back
    • Video 360
    • Tulisan Observasi 360
  • All Post
  • article
  • Dapur Imajinasi Mama
  • Selected Works
  • Ulupampang Menanam
  • Uncategorized
    •   Back
    • Video 360
    • Tulisan Observasi 360
  • All Post
  • article
  • Dapur Imajinasi Mama
  • Selected Works
  • Ulupampang Menanam
  • Uncategorized
    •   Back
    • Video 360
    • Tulisan Observasi 360
  • All Post
  • article
  • Dapur Imajinasi Mama
  • Selected Works
  • Ulupampang Menanam
  • Uncategorized
    •   Back
    • Video 360
    • Tulisan Observasi 360
  • All Post
  • article
  • Dapur Imajinasi Mama
  • Selected Works
  • Ulupampang Menanam
  • Uncategorized
    •   Back
    • Video 360
    • Tulisan Observasi 360

Video 360

Kendurenan Bubur Ayam Akong

Sumarnik, seorang single parent yang ditinggal suaminya ke Malaysia. Ia bersikeras menjadi TKW agar bisa membeli rumah dan menghidupi anak-anaknya.
Selama 8 tahun bekerja di Singapura, Sumarnik sempat merawat seorang kakek tua yang uzur dan demensia. Ia biasa memanggilnya Akong. Ada hubungan cinta-benci yang aneh antara Sumarnik dan Akong.
Akong seringkali memukulinya. Tetapi tak berapa lama, ia meminta maaf sambil membelai rambut Sumarnik. Akong tidak ingin Sumarnik meninggalkannya.
Sumarnik menganggap Akong seperti orang tuanya sendiri. Ia bercerita bahwa makanan favorit Akong adalah bubur ayam. Akong dan bubur ayam adalah kenangan atas hubungan cinta-benci yang terus melekat dalam ingatan Sumarnik setelah ia pulang dan membeli rumah di Klampisan.
Performance menggunakan dramaturgi kendurenan dengan serangkaian jukstaposisi; menu makanan kendurenan menjadi bubur ayam Akong, pranatacara membuka kendurenan dengan narasi tentang Sumarnik dan Akong, serta pembacaan doa dalam kendurenan menjadi pembacaan responsi publik Klampisan tentang narasi Sumarnik dan Akong.