Batas Tungku dan Badai

Titik adalah salah satu representasi perempuan Jawa yang hidup dalam kultur mengabdi pada agama dan suami. Saat berusia 19 tahun, ia pernah bekerja sebagai pekerja domestik migran di kota Al Qassim, Arab Saudi selama 2,5 tahun. Kemampuan linguistik dan kebiasaan mengaji Al-Qur’an membuat ia cepat menguasai bahasa Arab.
Ia pernah satu kali ditarik majikannya ke dalam kamar dan mendapatkan kejadian yang traumatis. Meskipun ia berhasil menolak dan menghindar, namun tetap membuat Titik trauma berat selama beberapa tahun. Ia mengurung diri, kerja tidak fokus, membayangkan hukuman rajam, sering menghindar dan tidak mau bersalaman dengan laki-laki. Yang membuat Titik semakin kalut adalah banyak TKW Indonesia pada saat itu yang pulang dengan keadaan hamil.
Instalasi besi, kebab, sandwich, dan daging kambing, adalah simbol kuasa yang kami hadirkan sebagai intervensi antara chaosnya kultur, agama, dan kekuasaan.
Catatan:
Sebelumnya, kami telah membuat naskah dengan memunculkan serangkaian metafora untuk meredam bahasa verbal dari peristiwa pelecehan dan kekerasan. Namun saat naskah bertemu dengan Titik yang bertindak sebagai performer, peristiwa menjadi tidak relevan antara tubuh Titik dan bahasa dalam naskah. Titik lebih nyaman bercerita secara langsung dengan bahasanya sendiri, tanpa naskah. Akhirnya setelah negosiasi dilakukan, kami mengubah modus pertunjukan menjadi kesaksian Titik sebagai jalan melepaskan trauma.