Ponikem pernah menjadi pekerja domestik migran di Hongkong. Narasi performance akan berangkat dari kisah Ponikem saat bekerja di rumah majikan yang memiliki 4 anjing dan 9 kucing. Majikan Ponikem, sepasang suami istri memilih tidak memiliki anak, tetapi hewan peliharaan. Mereka merawat anjing dengan cara teratur dan biaya yang mahal.
Pada saat pertama kali bekerja, majikan kaget karena anjingnya langsung jinak dengan Ponikem. Hal ini dilatari oleh suami Ponikem yang memiliki kurang lebih 10 anjing liar di rumahnya. Saat suami pergi ke hutan, anjing-anjing seperti bodyguardnya. Sehingga Ponikem terbiasa melihat dan mengurus anjing – meskipun itu anjing liar dan tanpa cara merawat yang mahal.
Singkat cerita, anjing-anjing di rumah Ponikem dibunuh dan dijual oleh suaminya ke rumah makan anjing. Pada era itu (awal tahun 2000), 1 anjing dihargai 100 ribu rupiah oleh rumah makan.
Performance berangkat dari sudut pandang anak Ponikem yang ingin menebus dosa ayahnya karena telah membunuh dan menjual anjing liar di masa lalu. Dia dan ibunya berupaya menjinakkan anjing liar di area Klampisan – memberi makan dan minum, memandikan, hingga mengajak bermain berdasarkan pengetahuan yang dimiliki Ponikem dari pengalamannya merawat anjing majikan. Performance ini meminjam pendekatan reality show dengan motif menyelesaikan task penebusan dosa.